Sabtu, 26 Oktober 2019

Mas Trisno, Melihat dari yang Sederhana, Menebar Harmoni di Desa Menari, Kampung Berseri Astra Tanon


Mas Trisno, Melihat dari yang Sederhana,
Menebar Harmoni di Desa Menari, Kampung Berseri Astra Tanon

Bergeraklah dengan contoh,
bahwa kita orang yang merdeka dalam pikiran dan perbuatan
(Trisno, Kreator Desa Menari Tanon)
 
Penari Topeng Ayu/Topeng Ireng


Kalimat tersebut begitu jleb masuk ke relung sanubariku. Sebuah kalimat yang tak semua orang mampu melakukannya. Terlintaspun tidak. Sangat sederhana, tapi muatannya luas sekali. Merdeka, dalam pikiran dan perbuatan!


Kalimat dengan diksi sederhana dari Mas Trisno, sang kreator Desa Menari Tanon. Orang desa yang membumi dan berjuang untuk kemajuan desa yang jauh dari harapan. Membuatku ingat akan Festival Lereng Telomoyo, yang telah sukses diadakan pada tanggal tanggal 12 dan 13 Oktober 2019. 
 
Bersama rekan-rekan dari Astra, fotografer, media dan beberapa teman blogger kami menuju Kampung Berseri Astra Tanon, Dusun Tanon, Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Perjalanan penuh liuk, naik turun yang membuat hati tak kalah berdebarnya. Berdebar karena penasaran, juga jalannya yang memang lumayan muncak.


Kampung Berseri Astra (KBA) Tanon
 Berada di Lereng Gunung Telomoyo, Desa Tanon bisa dikatakan desa yang masih asri dan alami. Auranya langsung terasa, damai di hati. Memasuki wilayahnya, langsung terlihat warganya yang ramah. Ini bukan hanya kiasan semata, keramahan yang muncul dari hati. 

Di gapura pintu masuk KBA Desa Menari Tanon Ngrawan
 
Sebagaimana di desa, antar rumah masih lumayan berjarak. Memori orang desa yang sebenarnya. Lenguhan sapi sesekali terdengar, belum lagi tanaman yang masih dengan bebas tubuh dimana-mana. Rasa kampungnya cess banget.


Apa itu Kampung Berseri Astra?
Kampung Berseri Astra merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 nilai program, yaitu: Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan, dan Kesehatan.

Diharapkan adanya kolaborasi ini menghasilkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra.

Ibu Wiwik, dari PT. Astra International Tbk. mengungkapkan bahwa Astra memilih beberapa desa dengan beragam tahapan dan social mapping. Berdasar ciri khas masing-masing dan adanya salah satu fokus yang ada di sana. Dari sinilah penentuan Sebuah KBA. Tanon adalah salah satunya.


Festival Lereng Telomoyo #2 KBA 2019

Di Festival Lereng Telomoyo KBA Tanon 2019

Mengambil Tema Sumunaring Telomoyo, Semangat dalam Mewujudkan Keseimbangan Hidup. Di samping masjid kampung ada sebuah tempat untuk berkreasi. Di situlah Festival Lereng Telomoyo #2 Kampung Berseri Astra 2019 mulai bergeliat. Panasnya cuaca tak mengubah apapun yang ada di sana. Tetap serius tapi santai, menyenangkan dan bikin enggan beranjak.

Tulisan Festival Lereng Telomoyo di belakang panggung terbentuk dari bambu-bambu yang dikreasikan dengan beberapa anyaman bambu. Di depannya sendiri, tertulis Desa Menari. Sungguh langsung bikin kepo akut banget.

Pembukaan diawali dengan pemukulan gong langsung disambut tepuk tangan meriah. Tak perlu banyak ucap dan kata, karena inilah sebuah awal dari sebuah proses yang tak mudah. Ya, sangat tak mudah.
 
Event ini merupakan salah satu harapan yang benar-benar terwujud dari warga Desa Menari. Sebuah apresiasi, harapan juga keinginan dan mimpi yang mulai terwujud. Satu per satu.
Dari pembukaan ini suguhan tak kalah menariknya dengan beberapa tarian yang njawani banget. Sebagai pengingat masa lampau. Yang sangat jarang ditemui. Tarian daerah, dolanan anak-anak, juga beberapa kisah masa lalu yang telah mulai memudar.


Tari Geculan Bocah
Dalam pembukaan festival ini ada tarian yang masih sempat bisa aku lihat. Yaitu Tari Geculan Bocah. Yang menari adalah sekelompok anak-anak. Dengan gerakannya yang lucu dan apa adanya. 

Tari Geculan Bocah
 
Gabungan dari main perang-perangan, guyonan juga dandanan yang lucu. Ada yang masih sangat kecil, lucu dan menggemaskan banget. Tarian ini diadaptasi dari Tari Warok. Dari gerakannya yang pakem, sebagian besar diambil dari Tarian Warok itu sendiri. 


Dolanan Jaman Dulu
Yang tak kalah menariknya ditampilkan juga beberapa dolanan jaman dulu kala. Di antaranya:

-       Sudamanda
Tahukah Kamu guys dolanan sudamanda ini faforitku banget. Dengan menggunakan gacuk, lalu dilempar ke lantai/tanah yang telah diberi garis dengan bentuk khusus.

-       Egrang

Permainan egrang

Nggak asing ya dengar nama egrang ini. Terbuat dari bambu dan ada tempat untuk kaki di bagian bawah. Dibutuhkan keseimbangan yang sangat tepat agar nggak sampai jatuh saat menggunakan egrang. Nah, ini juga mainanku saat kecil. Tapi nggak begitu ahli. Beberapa meter sudah langsung jatuh, hehe.

-       Dakon
Tentunya yang perempuan suka banget maninan jadul ini. Santai, dan bikin hepi. Iya, nggak ya nggak?

-       Lagu dolanan tempo doeloe
Banyak banget lagu dolanan ini. Ada Cublak-Cublak Suweng, Jaranan dan masih banyak yang lainnya. Waktu di KBA Tanon, Cublak-Cublak Suweng jadi menarik karena yang main rame-rame.
 
Ibu-ibu menumbuk menjadi musik alami

Yang bikin makin menarik nih, saat kita lihat dolanan jaman dulu ini disuguhi dengan bunyi tuk tuk tuk gitu. Eh bunyi apaan sih? Para ibu dengan alu di tangan, mereka mulai menumbuk lesung. Bersamaan dan bergantian. Memadukan harmoni dalam ikatan suara yang indah. Waw, bikin makin kerasan saja di Desa Menari.


Tulisan Menginspirasi
         Di beberapa titik tertentu ditemui juga beberapa tulisan sangat inspiratif. Kerennya lagi, dalam 3 bahasa. Yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa.
 
Tulisan dalam 3 bahasa, Indonesia, Inggrs dan Jawa

 Kok bisa ya desa yang asri ini penuh dengan cara mereka sendiri dan tetap mengedepankan tempo doeloe yang terus terjaga ini. Adalah Mas Trisno. Nah, siapa Mas Trisno?


Mas Trisno, Memulai dari yang Sederhana
"Lihatlah suatu hal dari yang sederhana, dari sudut pandang yang berbeda, lakukan dengan cara yang berbeda, nikmati prosesnya pasti hasilnya berbeda"

Pria yang terlahir di Desa Tanon, 12 Oktober 1981. Adalah warga Desa Tanon yang memulai semuanya karena ia merasa desanya sulit untuk maju. Banyak pemuda yang tak mau kembali lagi ke desa. Karena nggak menjanjikan apapun. Berproses untuk memajukan desanya yang tertinggal dengan caranya sendiri. Yang tak mudah. 

Bersama Mas Trisno, Kreator Desa Menari

 Siang itu, di tengah makan siang ala warga dengan menu yang bikin meleleh, para tamu undangan, Astra, fotografer, rekan media, blogger dan Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) bisa ngobrol santai dengan Mas Trisno. Penerima Satu Indonesia Award di tahun 2015. 


Berawal dari 200 ribu
Saat tanya jawab dengan Mas Trisno ini aku langsung penasaran dari mana dan bagaiman memulai semuanya. Ini berat dan nggak mudah, lho. Katanya dimulai dari depan rumahnya. Yang saat sekarang ini sudah jadi pendopo untuk beragam keperluan warga. Ya, saat itu kami berada di sebuah pendopo sederhana.

Sharing bersama Mas Trisno di Pendopo

200 ribu buat apa dan untuk apa di jaman milenial ini? Buat beli kuota sebulan bisa habis ya guys. Ternyata Mas Trisno membuatnya menjadi lincak. Sebuah bangku sederhana untuk duduk santai. Biasanya di desa nih adanya di teras rumah.

Dari lincak itulah obrolan bergulir dengan pemuda dan para warga lainnya. Di tahun 2006 semua yang sederhana ini berawal. Saat aku tanya ada yang ngeyel nggak untuk memulai hal baru dan mengajak warga, Mas?

“Prinsipnya ajak terus mereka berkegiatan. Buktikan dengan contoh bukan dengan kata-kata. Mulai dari yang mau dulu.” Mulai dari yang mau dulu. Kalau nggak mau ya nggak usah di paksa. Semua orang punya hak untuk mau atau nggak mau bukan?
           
Lulusan pertama di kampungnya dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jurusan Sosiologi ini membuat Mas Trisno berpikir maju beberapa langkah ke depan. Dari situlah ia ingin membuat desanya yang miskin punya cara sendiri agar tak hanya mengandalkan bantuan. Bukannya anti bantuan, dari manapun itu, karena tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.

            Merasa bergerak sendiri di awal dan dapat dukungan keluarga nggak?
“Semua butuh proses. Bergeraklah dengan contoh bahwa kita orang yang merdeka baik dalam pikiran dan perbuatan.”

Wow, sebuah ungkapan sederhana, sering didengar tapi tak mudah untuk merealisasikannya. Desa yang kebanyakan warganya sebagai petani dan peternak ini membuat Mas Tris memulainya dari bidang yang memang warga sudah menggelutinya. Perternakan dan pertanian.


Tak semudah membalikkan telapak tangan. Berproses menjadi lebih baik. Mas Trisno hanya ingin memulai dan berharap warga yang ada di desa tak keluar dari desanya untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Karena desa mereka juga bisa diberdayakan secara maksimal.


Mendobrak yang telah ada dan didukung orang pemuda serta warga, mulailah membuat suatu terobosan baru dengan desa wisata. Tapi apa yang bisa ditawarkan sedangkan tak ada objek wisatanya? Sebuah kearifan lokal menjawab semuanya. Bahwa apa yang ada di desa itu sendirilah yang akan diberdayakan.


Saat ada yang tak setuju, apa yang ada di pikiran Mas Trisno?
“Saya punya prisip. Terus melangkah mesti dicibir. Karena kita tidak bisa memaksa orang untuk setuju.“

Mulai dari yang sederhana saja, tarian tradisional, kegiatan keseharian warga. Memerah sapi, dolanan anak-anak dan tak lupa juga menyediakan homestay. Homestay di sini yang benar-benar ada warganya, hingga pada wisatawan yang berkunjung benar-benar merasakan alaminya, berbaur langsung dengan warga desa.

Desa yang dulunya biasa saja ini mulai bergeliat. Lama mati suri dan tanpa adanya panggung apresiai. Gebrakan baru ini ternyata banyak menyita ketertarikan orang luar untuk datang dan mulai tahu Desa Tanon. Supaya bisa lebih mudah dikenal, Mas Trisno menyebutkannya dengan Desa Menari. Benar-benar nama yang sederhana, tapi bikin penasaran banyak orang.


Kenapa Desa Menari Tanon?
Karena menari adalah harmoni kehidupan yang menggabungkan banyak hal. Sebuah proses menjadi lebih baik tanpa meninggalkan kearifan lokal. Mencintai lingkungan, kesederhanaan untuk menjadi tempo doeloe di tengah era milenial penuh modernisasi.
 
Desa Menari

Dari sinilah akhirnya Astra mulai melirik dan bertemu dengan Mas Trisno, sang kreator Desa Menari Tanon.

Sekarang ini KBA Astra Tanon makin menggigit dengan beragam budaya dengan balutan kearifan lokal tanpa meninggalkan tempo doeloe. Kemajuan dan hasilnya mulai terasa. Adanya beberapa pilar yang telah dirasakan manfaatnya:

-       Pilar pendidikan non formal
Dengan rutin diadakannya diskusi. Malam tadi, saat saya ngobrol melalui WA ternyata Mas Trisno sedang sibuk menyiapkan diskusi untuk esok hari.

-       Pilar kesehatan dengan cara yang efetif
Yaitu kader kesehatan jemput bola ke warga. Apa yang terjadi di masyarakat tentang masalah kesehatan ini bisa langsung diketahui.

-       Pilar usaha
Dengan diadakannya paket wisata dan pasar rakyat. Saat festival berlangsung, pasar rakyat juga ada, lho. Ada banyak barang yang dijual di sana. Mulai dari minuman, beragam jenis buah-buahan serta makanan. 
 
Pantomim Mas Tata di Pasar Rakyat di KBA Tanon Ngrawan
 
Gantungan kunci di pasar rakyat
Harganya sangat ramah di kantung. Dilayani oleh warga kampung yang ramah, mereka nggak segan untuk diajak ngobrol juga. Saat festival ada pula pantomim dari Solo oleh Mas Tata, sangat menghibur karena Mas Tata langsung berinteraksi dengan para pengunjung.

-       Pilar lingkungan
Dengan adanya 26 homestay yang siap digunakan para wisatawan yang hendak menginap.

Itulah pilar-pilar yang sangat sistematik, tapi terealisasikan dengan nyata hingga warga merasakan manfaatnya. Dari sini warga mulai merasakan gotong royong dan pemberdayaan sangat dibutuhkan. Bukan hanya individu ataupun perseorangan. Tapi karya bersama, sebuah tim yang solid.

Pilar-pilar pemberdayaan berdasarkan proses kristalisasai yang dialami Mas Trisno juga sangat menginspirasi:

-       Seorang pemberdaya masyarakat idealnya seorang yang secara pribadi berdaya dan mandiri, sehingga memiliki keleluasaan.
-       Mengedepankan konsep tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
-       Berkarya lebih baik daripada meminta.

Ada pula Beasiswa Lestari dari Astra untuk 36 warga desa menari. Ini sangat membantu. Konsep yang sangat jarang yaitu Konsep Laboratorium Sosial. Apa yang dilakukan untuk memajukan desa tanpa menghilangkan kearifan lokal yang telah ada sejak dulu.

Desa Menari sebuah keharmonisan dalam banyak hal. Salah satu mimpi Mas Trisno adalah membangun perusahaan sosial berbasis kepala keluarga, mimpi besar yang sedikit demi sedikit mulai tergarap. Meskipun dalam fase merintis, ini akan jadi mimpi yang akan terus diperjuangkan.

Perbincangan yang sangat mengasyikkan ya guys. Masih ada satu sajian tarian menarik lainnya lho. Yaitu tarian Topeng Ayu/Topeng Ireng. 


Tari Topeng Ayu/Topeng Ireng
Aku dulu sempat juga latihan tariannya. Tapi, melihatnya dilakukan oleh pemuda dan pemudi ini sungguh luar biasa. Musiknya aku suka, magis banget. Hentakannya berirama, nggak begitu menghentak, tapi tak begitu lemah gemulai. Enak didengar. Saat mendengarnya, kaki otomatis ikuti gerakan iramanya.

Tarian Topeng Ayu/Topeng Ireng

Nama lain tarian ini Tari Ndayakan yang muncul di kawasan 5 gunung di Jawa Tengah. Topengnya berupa kreasi yang epik. Tak lupa rumpi serta krincingan di bagian kaki. Ini lumayan berat, lho. Di Desa Menari Tanon, tarian ini di-branding ulang menjadi Tari Topeng Ayu dari kata Toto Lengpeng Hayuning Urip.

Para penari Topeng Ayu/Topeng Ireng

 Puncak potensi manusia adalah kreatifitas. Dengan potensi luar biasa kalau hatinya tidak diolah ya sama saja. Akan terasa hampa. Keseimbangan sangat dibutuhkan di sini.

Harmoni hidup

 Kalimat luar biasa dari Mas Trisno yang bagiku mampu membuka cakrawala baru. Menebar harmoni kehidupan, alam semesta, lingkungan, hidup, kehidupan dan jiwa:

Seorang pemberdaya adalah

orang yang berani berjalan dalam sunyi

sebagai pilihan hidup

#KitaSATUIndonesia
#IndonesiaBicaraBaik
#LFAAPA2019SEMARANG

2 komentar:

  1. Seneng banget ya, Mbak. Akhirnya bisa hadir di acara festival lereng telomoyo 2019. Aku paling suka dengan tari Geculan Bocah dan tari Topeng Ayu.

    BalasHapus
  2. Amazing banget ya, menginspirasi banget pantang menyerah nya mas Trisno

    BalasHapus