Rabu, 11 Januari 2023

Viral Lato-Lato, Kebisingan VS Kekhawatiran

Viral Lato-Lato, Kebisingan VS Kekhawatiran

Jujurli, aku sangat khawatir loh kalau lihat si kecil main lato-lato. Bukan karena membaca berita online dan media sosial yang heboh dengan keberadaannya, tapi memang membuat jantung berdegup lebih kencang. Bahkan kencang banget!

lato-lato


Lato-Lato dan Kebisingan

Harga lato-lato sangat terjangkau kantong, si kecil beli 10 ribu rupiah dan lato-lato sudah bisa dimainkan sepuasnya. Lato-lato yang dibelinya terbuat dari plastik dengan warna hijau dan kuning plus tali warna kuning.

Pas beli sekitar 3 bulan yang lalu, si kecil yang sudah 12 tahun itu sudah heboh tiada terkira.

“Ini lagi viral lo, Buk,” katanya sambil menaik turunkan lato-lato.

Aku yang masih sibuk di depan lepi melirik sekilas. Perasaan itu mainan zaman baheula, deh.

“Lhah, ibuk dulu juga ada mainan kayak gitu,” jawabku mengamati lebih detil.

“Masak?” tanya si kecil masih sibuk berusaha menyeimbangkan permainan.

“Lhaya ngapain ibuk bohong?” jawabku lanjut fokus depan layar.

Si kecil tertawa terbahak, masih lanjut main lato-lato.

Itu di awal, aku masih nyaman karena memainkannya kadang-kadang saja. Semakin lama, waktu luang di rumah dibuat main lato-lato.

Seringnya di kamar, di saat aku fokus nulis. Entah kenapa jantung nggak nyaman, berdegup kencang jadinya, gangguan banget!

Tok tok tok, ritmenya semakin cepat.

Permainannya semakin canggih sampai berputar ke atas, ke samping, sambil duduk, jongkok, haduhhh! Dengan berbagai gaya, di telingaku semakin riuh rendah nggak nyaman, tok tok jadi CETHAK CETHAK CETHAK. Ya ampun…

Gimana kalo bolanya terlepas, gimana kalo kena bagian tubuhnya, gimana kalau mencelat kena lepiku?

BERHENTI!

Lato-Lato dan Kekhawatiran

Iya, aku sampai pada titik khawatir level akut. Ngetik jadi berantakan, was-was kalau si kecil mulai memainkan dua bola yang digerakkan pakai tali itu. Huhuhu, untuk menjaga kewarasan, saat si kecil main lato-lato (dan kayaknya dia sengaja ganggu ibunya), aku ngungsi ke ruang tamu.

Eh biasanya sih dia ngikutin sambil terbahak. Dasar bocah… Suara mbah lato yang kayak candu meracuni pikiran sungguh membuatku sumpek tiada terkira.

“Main di luar deh, itupun jaga jarak aman sama teman.”

“Iya, iya.”

“Itu kalau bolanya nggak sengaja terlepas bisa….” Belum selesai kalimatku.

“Bahaya,” sambarnya cuek.

“Lyaya, kan udah tahu bahaya, yowes jangan terlalu sering mainan dong! Berisik tahu nggak, bising,” kataku mengeluarkan uneg-uneg.

“Iya, iya.”

“Selalu ada perkecualian Dek, kalau bolanya….” Belum juga kelar buih-buih nasehatku.

“IYA, IYA!”

Menekankan suara, wkwkw.

Si kecil melirik kesal.

“Suaranya itu loh!” Tambahku lagi sambil menjauhkan laptop dari lato-lato. Bahayanya itu loh! Batinku…

Si kecil menarik nafas memandangku.

“Kalau perlu pake helm pas main lato-lato,” saranku nahan gemes.

Bukannya iya iya atau protes, si kecil terbahak tapi langsung terdiam saat serombongan temannya lewat depan rumah dan terlihat dari kaca ruang tamu.

“Hero, Hero!”

Suara dari luar yang memanggil-manggil. Bergegas si kecil membuka pintu.

“Main, yuk!” ajak seorang temannya.

“Main apa? Lato-lato?” Tanya si kecil semangat.

4 orang anak di luar tersebut saling pandang, aku menyaksikannya dari dalam, kepo mau main apaan. Kemudian terlihat keempatnya kompak mengacungkan sepatu bola yang digantung di leher dengan mengikat tali sepatunya.

“Bolalah, nih udah bawa sepatu,” jawab seorang temannya yang bertubuh tambun.

“Oh iya,” jawab si kecil sembari tepuk jidat. “Bentar aku ambil sepatu sama bola, tunggu, ya!”

Tanpa menunggu jawaban teman-temannya, si kecil menutup pintu, menguncinya, lalu melesat mendekatiku. Menaruh lato-lato di atas keyboard lepi sambil nyengir, sengaja.

“Ibuk, aku main dulu! Assalamualaikum,” katanya lalu berlari ke dalam mengambil bola dan sepatu. Kudengar kakinya melesat cepat lewat pintu belakang lalu gabung bersama teman-temannya.

“Waalaikumsalam,” sahutku pelan.

Kuhela nafas panjang, melotot memandang lato-lato dan mengambilnya. Lalu memainkannya sebentar pelan, geleng-geleng kepala sendiri, lega.

Iya, lega karena tidak ada suara lato-lato untuk beberapa saat. Sadar diri, setiap permainan selalu ada dampak positif atau negatifnya. Ah sudahlah, lebih baik aku fokus kerja lagi…

 

Baca Juga:

Sepersekian Detik

Pertobatan Sugirah

Takluk

1 komentar:

  1. Iya ya. Saya juga miris mbak. Takut kenapa-kenapa. Tapi jika lihat yang mahir senang juga. Intinya tetap hati-hati.

    BalasHapus