Senin, 17 Oktober 2016

Nguri-uri Budaya dengan Sedekah Bumi



Nguri-uri Budaya dengan Sedekah Bumi

Tumpeng+ingkung. Foto by Ghratia Lana
Hai, Sob…

Ada yang nggak familiar dengan sedekah bumi? Sedekah bumi ini merupakan kebudayaan Jawa yang patut dilestarikan. Walau di tahun-tahun sebelumnya nggak seheboh tahun ini atau setahun yang lalu. Nguri-uri budaya sendiri, kenapa nggak?

Biasanya di desa-desa lereng gunung, acara ini diadakan setiap tahun. Tentunya dengan penanggalan Jawa yang tidak semua orang mengerti hitungannya. Kecuali jaman kakek nenek dan buyut kita. Sedekah bumi, bisa juga orang menebutnya kadeso, untuk jaman kekinian disebut merti deso. Tak terkecuali dilakukan di Desa Sumowono, desa tempat aku wutah getih (lahir).  
 
Tirakatan kampung untuk sedekah bumi ini diadakan malam Senin Kliwon. Jangan bayangkan acaranya tengah malam ya, Sob. Acara diadakan sehabis isya. Formatnya santai dan lesehan. Tapi persiapan masaknya tetap saja dari siang. Masak dilakukan ibu-ibu, yang sudah sibuk sedari habis subuh untuk belanja berbagai keperluan.

Masak sebanyak itu, ibu-ibu sudah rempong sedari siang. Keren kan semangatnya?

 Tepat pukul setengah delapan malam, acara ini dimulai. Ngumpul sanak keluarga sekampung (masing-masing RT mengadakan sendiri). Diadakan tumpengan, ingkung ayam jago beserta ubo rampenya. Makanan yang disuguhkan sangatlah sederhana.
Mau tahu?
1.    Ayam ingkung dari 1 ekor ayam jago (disuwir buat orang se-RT).
2.    Opor ayam.
3.    Gudangan diurap.
4.    Tempe goreng.
5.    Telur rebus.
6.    Bergedel.
7.    Sambal goreng tahu.
8.    Mi goreng.
9.    Peyek teri.
10. Krupuk inul.

Jangan heran ya, Sob, krupuk di sini, meski di bungkusnya nggak bermerk atau polosan, terkenal dengan nama artis dangdut. Krupuk ungu putih merah warna warni disebut krupuk Inul. Hihihi, keren ya!

Sobat tahu yang mana krupuk inul? hehehe...
 
Biar nggak ribet juga, makannya pakai pincuk. Menghemat acara cuci piring di akhir acara. Tapi, banyak juga yang pakai piring, supaya makanan nggak meluber kemana-mana. Secara opor ayam kan berkuah. Kalau pakai pincuk, bisa tumpah dan kepanasan megangnya, hehehe.

Yang dekat piring itu namanya pincuk, dibuat dari daun pisang yang disemat lidi atau di staples
 
Camilan yang disuguhkanpun sederhana banget, hanya kacang rebus dan jadah goreng. Weslah, pokoknya gemebyar acara ini dibuat sesimpel mungkin. Yang penting guyub rukun dan tali silaturahmi antar tetangga selalu terjalin dengan baik.

Unik dan menariknya, di acara ini ada sedikit cerita yang disampaikan seorang pini sepuh. Tentang cikal bakal Desa Sumowono. Yang membuka cikal bakalnya adalah Kyai Ismu/Simu. Lambat laun berkembang terus menjadi seperti sekarang ini.

Sepenting apa sih sedekah bumi ini? Tergantung masing-masing orang ya, Sob. Pastinya sedekah bumi ini wujud dari rasa syukur kita terhadap sang penggenggam langit dan bumi. Yaitu Allah SWT. Doa-doa terbaik dan terindah tak lupa dipanjatkan bersamaan. Semoga langit mendengar doa kita, semesta raya mengamininya dan warga semakin makmur, banyak rejeki diberi kesehatan, kemajuan dan menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya, amin…

Merekatkan kebersamaan dengan tirakatan

  
Tumpeng ditaruh di atas tampah

Sehabis acara, langsung beberes. Ada juga yang membunyikan kembang api dan nyanyi ditemani solo organ. Pokoknya acara ini merekatkan persaudaraan kampung, deh. Jarang lho ada acara yang melibatkan seluruh keluarga dan bisa datang ngumpul untuk berakrab ria.

Oh, ya, ikut tirakatan semalam membuatku teringat jaman SD. Dulu, aku pernah diajak bapakku acara tirakatan. Masing-masing keluarga membawa tumpeng yang ditaruh di tampah yang dikelilingi urap, tempe, telur rebus dan ikan asin. Semua warga ngumpul di rumah Kepala Desa.

Di sana, diadakan doa bersama yang lama sekali. Aku sampai ngantuk berat. Lalu diadakan makan bersama dari banyak tumpeng yang dibawa. Meriah sekali acaranya.

Memang dari tahun ke tahun semua bisa berubah. Apapun perubahan itu, semoga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Acara sedekah bumi/merti deso ini masih ada kelanjutannya, lho. Yaitu karnaval di minggu yang akan datang. Nantikan liputannya, ya.

Gimana dengan Sobat semua, pernah ikut  acara tirakatan/sedekah bumi/merti deso? Bagi dong ceritanya…

4 komentar:

  1. Kalau di tempatku adanya merti deso (bersih desa), biasany ada wayang dan itu setiap hari jum'at apa gitu, enggak boleh ganti hari dan pasaranny dari tahun ke tahun dan harus nanggap wayang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama aja Mbak. Nanti acaranya berkelanjutan nggak hanya tirakatan. Ada pawai, wayang juga, hehehe...

      Hapus
  2. Nguri-nguri itu apaan ya mbak? kayanya sibuk banget dari gambarannya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. NGuri-uri sama dengan memmbudidayakan Mbak. Supaya budayana terus terjaga dan dikembangin. hihi.. aku bingung neranginnya :D

      Hapus