Selasa, 03 Agustus 2021

Aku Jatuh Cinta Pada Hamdani, Resensi Novel Perempuan Penyapu Halaman by Pepih Nugraha

            Ceblok tresno, kalau orang Jawa bilang, pada seseorang yang ngayomi dan mencintai. Terbalas tidak terbalas yang namanya cinta tak pernah salah, seperti ungkapan saya, dalam Sepersekian Detik.

Novel Perempuan Penyapu Halaman karya Pepih Nugraha

Menikmati sebuah novel, setelah sekian lama saya berkutat dengan artikel menumbuhkan gairah lain. Dan, ndilalah, yang terbaca saat lihat wall FB adalah karya sang maestronya maestro, Kang Pepih Nugraha.

Novel Perempuan Penyapu Halaman saya intip sejak Kang Pepih mempostingnya menjadi sambungan-sambungan kecil, menciptakan kekepoan tersendiri di akun FB-nya. Eposide 1 mengena banget, lanjut ke episode 2, 3, 4 dan selanjutnya yang mau tak mau saya harus selalu search akun Kang Pepih saat membuka FB. Kalau tidak nongol sehari saja, saya bakalan protes di komentar.

Berkisah tentang srak srek srak sek suara ujung sapu menggores halaman dini hari oleh wanita cantik aduhai bodi semlohai dengan kulit kuning langsat bibir ranum rambut indah penggoda iman lelaki, Sofiah hadir dalam keadaan kurang waras, sint**g, gil* atau apalah namanya yang pas. Efek cuwan, membuat bapaknya menjual Sofiah ke orang kota, yang malah memperjualbelikannya pada para hidung belang, tragis. Akhirnya kembali ke Malausma ketika kewarasannya hilang.

Adalah Hamdani, pemuda Malausma dan ganteng (versi saya) dengan matanya yang cemerlang, cenderung layu, tapi siapapun yang memandang mata itu, bakal terperosok ke dalam sumur tanpa dasar (hal. 56) sangat peduli akan keadaan  Sofiah. Ia memiliki kenangan tersendiri dengan Sofiah di sebuah dangau. Dengan niat seteguh baja tanpa memikirkan hal lain, ia akhirnya menikahi Sofiah yang masih gil* dan membawanya ke dangau dekat air terjun kenangan tersebut. Terusir, tidak dianggap saudara oleh keluarga dan hidup jauh dari peradaban.

Di dangau itulah setiap tengah malam, Hamdani memberikan pengobatan dengan caranya sendiri. Dimintanya Sofiah berendam di bawah lubuk terdalam air terjun, setiap hari selama beberapa purnama. The power of love, Hamdani begitu tulus melakukan apapun demi Sofiah agar kewarasannya pulih seperti sedia kala.

Muncullah Dianti, seorang mahasiswi psikolog dari kota nan cantik tertarik melakukan riset tentang Hamdani, pemuda waras gagah super tampan dengan Sofiah yang edan. Pada akhirnya tumbuh rasa dalam diri Dianti, wah...

Saya tak akan mengulas banyak tentang kisah Hamdani dan Sofiah yang kata Kang Pepih adalah Romeo dan Juliet versinya. Mereka juga bukan Sampek Eng Tay yang kisahnya mengharu biru. Bagi saya sendiri, membayangkan sosok Hamdani saja sudah membuat saya jatuh cinta. Ending novel ini, tak tertebak. Yang pasti, bikin saya mbrebes mili, entahlah, kok mata saya bisa mbrambang. Ada satu sesi di bagian akhir memang menyentuh banget. 

Usai membacanya, saya langsung berpikir, bagaimana kalau novel Perempuan Penyapu Halaman ini difilmkan? Tentunya sangat menarik. Dan sayapun berandai-andai siapa yang tepat dan pas untuk memerankan tokoh utama konflik novel ini, Sofiah dan Hamdani. Hmmm, siapa, ya?

Eh ada satu yang ngganjel buat saya. Untuk seorang Hamdani, yang telah mampu membuat saya jatuh cinta pada sosok utama sebuah novel, ketika menulis di buku catatan pemberian Dianti 'diary ala Hamdani', bahasanya terlampau runut dan rapi sekali. Sepertinya kurang pas untuk sosok Hamdani yang berkutatnya di hutan. Di luar itu, karya Kang Pepih selalu istimewa, menunjukkan betapa banyak ruang dan pengalaman yang telah beliau jelajahi.

Cerita mengalir dengan bahasa rapi, santai dan timbul hal-hal baru, swear novel ini tidak bosan untuk dibaca ulang. Jujur saya mendapatkan banyak ilmu kepenulisan dengan bahasa epik di sana dari suhunya langsung. Jadi, buat kamu yang penasaran sama kisah cinta Sofiah dan Hamdani, ya musti ulik Perempuan Penyapu Halaman. Namun, ya itu, hati-hati kalau sampai jatuh cinta sama tokohnya, ya.

#ResensiTehSofi 

Judul Buku   : Perempuan Penyapu Halaman

Penulis          : Pepih Nugraha

Penerbit         : Lembaga Literasi Dayak

Tahun Terbit   : Juli 2021

Halaman        : xii-284 halaman

ISBN               : 978-623-7069-86-7


0 komentar:

Posting Komentar