Kamis, 04 Mei 2017

Kenangan Pahit Yogyakarta-Ambarawa



Kenangan Pahit Yogyakarta-Ambarawa

Halo Sob, yuhuii… ketemu lagi.
Acara Kampus Fiksi super seru dengan ketemunya beberapa teman dunia maya dan nara sumber yang tak diragukan lagi kualitasnya. Diantaranya Mbak Linda Christanty yang berbagi ilmunya tentang kepenulisan essai. Perjalanan yang cukup seru ini, menyisakan kenangan pahit saat pulang. Hem…

Foto by peruri.co.id


Yah, aku dan Mbak Hany tergesa keluar dari acara pukul 16.30. WIB. Dengan membawa segepok buku dari divapress, kami ketawa ketiwi kesenangan. Karena Jl.  Taman Siswa lebih dekat dengan Terminal Giwangan Yogyakarta, kami putuskan naik Trans Jogja lagi menuju terminal. 


Tak berapa lama bus Trans Jogja lewat. Langit bergumul mendung pekat yang sudah tertebak. Hujan sebentar lagi tumpah ruah menyebarkan bau tanah yang khas.

Tak ada setengah jam sampailah di Terminal Giwangan. Sejujurnya aku ragu, selain belum pernah ke terminal yang baru ini, sudah lama juga aku nggak bersinggungan dengan terminal Yogya kecuali di Jombor. Tapi Mbak Hany, cuek.

“Pokoknya jangan tampak kita orang nggak ngerti Mbak. Harus sok tahu,” kata Mbak Hany menghempaskan keraguanku. Hihihi, aku manggut-manggut setuju. Untunglah, masih ada bus ekonomi jurusan Yogyakarta-Semarang yang masih ngetem. Ya tinggal sebiji itu.

Keluar dari terminal, bus melaju tersendat. Yaelah, Yogya sekarang tak ubahnya Jakarta, macet dimana-mana. Hujan deras mengguyur, petir sambar menyambar tak tahu ujungnya. Perjalanan nan panjang akhirnya kami tempuh karena macet total. Kudu sabar.

Hampir 2 jam perjalanan menuju terminal Jombor. Dan itupun, bus ngetem lebih dari 1 jam. Jiyah… penumpang sudah pada nggak sabaran. Saat bus melaju kembali, ternyata macet belum terurai juga.

Uh… padahal bus jelas hanya sampai Magelang dan biayanya Rp.10.000,-/orang. Yang jadi pikiran, sampai Magelang jam berapa, nih? Masih ada bus ke Ambarawa nggak jam segitu?  Karena macet benar-benar nggak bisa diprediksi.

Keluar dari Sleman jalan mulai lancar, hujan dan petir mulai menghilang. Sampai terminal Magelang jam sembilanan. Hikkss… terminal sudah nyenyet. Hanya ada 2 bus patas jurusan Jakarta. Sejujurnya, nyaliku mulai ciut. Yang ada hanya mobil kecil yang menawarkan diri dengan harga selangit. Bagaimana ini?

Untunglah ada barengan seorang bapak-bapak yang mau ke Ambarawa juga. Kita nyarter menuju Secang dengan harga Rp.20.000,-/orang. Ya sudahlah, nggak apa-apa. Toh nggak ada angkutan lain juga.

Turun di Secang, bus yang ditunggu dari arah Temanggung nggak datang-datang juga. Huwa… agak panik. Ditawarin mobil kecil, dengan beberapa penumpang (6 orang ditambah kami berdua). Setelah tawar menawar yang cukup alot. Akhirnya disepakati Rp.20.000,-/orang. Padahal yang lain kutahu Rp.30.000,-/orang.

Huh, ya sudahlah, kami akhirnya naik. Meluncur menuju Ambarawa. Saat itu yang membayar Mbak Hany dengan uang seratus ribu. Katanya nggak ada kembalian, buat beli bensin dulu. Okelah. Kuingatkan Mbak Hany jangan sampai lupa ambil kembalian.

Perjalanan lancar sampai di Bawen, kami berdua turun. Mbak Hany tak lupa minta kembalian. Dan pak sopir kasih kembalian dengan uang ditekuk-tekuk. Kami nggak berprasangka apa-apa. Mobil bablas, dan olala, saat dibuka, uang di tangan Mbak hanya hana 40.000,-. Harusnya kembaliannya Rp.60.000,-. Uh kesalnya kami pada pak sopir! Semoga berkah ya, Pak!

Walau kesal, kami tetap bersyukur, sampai dengan selamat tak kurang suatu apa. Meski sampai jam sepelas malam, heheh. Tapi bener deh, perjalanan pulang ini selain menyenangkan juga bikin sebal. Pelajaran juga buatku lain kali harus hati-hati. Dan sepertinya kalau sudah malam dan sekiranya sudah tidak ada angkutan, mending diminta jemput atau menginap sajalah di Yogya.

Pelajaran terpenting kali ini adalah:
Bayarlah dengan uang pas!

Baca juga:





13 komentar:

  1. waduh curang atau lupa tu supirnya mbak. hati hati mbak lain kali :)

    BalasHapus
  2. Kenangan pahit hanya pada saat menjalaninya, kan? Setelah semua itu berlalu, berubah menjadi sesuatu yang selalu dikenang, tak terlupakan. :)

    BalasHapus
  3. Sama kayak saya mbak, walau gak tau, tapi sok tau aja.. Hehehe

    BalasHapus
  4. Harus hati-hati mbak.
    Kan katanya kejahatan bukan karena niat pelaku, tapi karena ada kesempatan.

    BalasHapus
  5. jogja memang sudah berubah mbak...macet dimana mana...hotel juga semakin banyak didirikan di tengah kota....seakan menenggelamkan bangunan-bangunan lama :C

    BalasHapus
  6. KF lagi ada event lagi ya. Iya mungkin kalau ke KF atau Jogja, mending nginep aja ya ketimbang deg-degan dg jalanan yang nggak bisa diprediksi

    BalasHapus