Selasa, 31 Januari 2023

Angkringan Ngarep Kehutanan

Angkringan Ngarep Kehutanan

Entahlah kenapa angkringan mengingatkanku pada koncoku sik uayuuu dewe blogger Gandjel Rel yang pindah Temanggung, Mbak Dini Rahmawati. Padahal belum pernah sekalipun bertemu Mbak Dini di angkringan ngarep kehutanan loh.

Gambar hanya pemanis


Angkringan yang notabene adalah singgahan sejuta umat anak mapala fakultasku nan legendaris itu.

Angkringan Ngarep Kehutanan UGM

Angkringan ngarep kehutanan --aku dan yang lainnya menyebutnya seperti itu-- berada di depan Fakultas Kehutanan UGM, Jogja. Angkringan mulai berbenah sekitar jam 4 sore dan dipadati pengunjung biasanya sehabis magrib.

Dulu, aku tidak begitu ngeh dengan angkringan yang tampilan seperti angkringan lainnya tersebut. Ngehku saat kakak angkatanku yang 99% cowok (karena ceweknya cuma 5 biji kalau nggak salah), terutama genk Gitapala sukanya nongkrong di situ.

Lhaya jelas ikut-ikutan walau bisa dibilang tidak terlalu sering. Masalahnya aku paling suka sayuran dan buah-buahan. Dan, itu tidak kutemukan di angkringan yang terkenal dengan sego bucin eh sego kucing nan murah meriah itu.

Angkringan Strategis

Tempat angkringan memang strategis. Jika ada jadwal praktikum dan kelar menjelang magrib, saat jalan keluar fakultasku (Teknologi Pertanian, yang bersebelahan dengan Fakultas Kehutanan), jutulnya selokan Mataram. Tinggal belok kiri dikit, tibalah di angkringan ngarep kehutanan dengan aroma kelezatan sempurna.

Meskipun aroma jahe susunya menguar kuat, aku nggak pede lho jajan dewe ke situ. Masalahnya apa coba? Yang beli dan nongkrong cowok semua, wkwkwk. Wes deh, kalau nggak ada yang ngajakin nggak bakalan mampir sendirian.

Untungnya beberapa sahabat dekat adalah anak Gitapala FTP, yang sering nongkrong di angkringan. Jadi ya auto familiar sama sego kucing, terutama saat uang mencekik leher. Walaupun belinya titip atau dibeliin dan akhirnya kubawa pulang kost.

Harganya aku lupa haha. Jangan diketawain, aku sudah riset ke Mbak Dini sama grup angkatan juga pada lupa. Ada yang bilang 350 rupiah, ada yang bilang 500 rupiah,entahlah mana yang benar.

Sego Kucing Murmer Andalan Anak Kost

Harga murmer tentu cocok buat anak kost dengan uang saku mepet. Sebungkus sego kucing sangat terjangkau harganya. Eh tapi, ada tapinya loh:

Foto hanya pemanis


1. Untuk Cowok Tak Cukup Sebungkus

Untuk cowok, sebungkus jelas nggak cukup, paling nggak 3 atau 4 bungkus sekaligus.

2. Isinya Lengkap

Isinya nasi putih, gereh/ikan, mie sama kering. Ada pula isinya lain dan akupun lupa.

3. Makan di Tempat Paling Nikmat

Makan ngiras di angkringan nikmat sekali, sekalian ngesusu jahe andalanku. Bangku panjang yang disediakan selalu sudah full, jadi ke tikar lesehan yang digelar samping gerobak angkringan.

Samping angkringan banyak juga pedagang kaki lima lainnya sampai batas bangjo prapatan Jakal (Jalan Kaliurang). Jualannya beragam, nasi goreng, pecel lele, ayam bakar dan lain sebagainya. Bersatu padu jopa japu wewangiannya mampu membuat rasa lapar mengoyak perut.

4. Andalanku

Andalanku waktu itu sego kucing sebungkus, sate usus, susu jahe, aneka gorengan, ceker ayam dan kerupuk.

5. Bisa Dihangatkan Lagi

Kelebihan dari angkringan adalah sate dan gorengannya biar anget dibakar ulang sebentar terlebih dahulu, bikin semakin nikmat.

Porsi nasi sebungkus dan lain-lain segitu jelas kenyang. Jadi, walau nasinya murah meriah, tetap saja totalitas harga jadi mbuh sebab ubo rampenya tetap saja banyak.

Nah, angkringan Mas G ini –setelah aku tanya ke teman, karena akupun lupa namanya— laris manis dan tutup jika sudah habis. Sekarang angkringan ngarep kehutanan sudah tutup. Sepertinya sudah tidak diperbolehkan jualan di depan kampus nan strategis itu.

Senthir dan Kabar Terakhir

Ternyata, kabar terakhir, anak-anak pecinta alam zaman old masih berhubungan dengan Mas G. Bahkan sekitar 3 tahun lali membuatkan rumah segala, alhamdulillah. Kenangan angkringan ngarep kehutanan memang tak bakal terlupa, banyak romantikanya di sana.

Aku colek mbak Dini, karena dia juga familiar banget dengan angkringan tersebut. Dan ternyata beberapa sahabatnya kukenal melalui angkringan ngarep kehutanan. Itupun setelah aku mengenal Mbak Dini di arena kepenulisan sekarang ini.

Jika diperhatikan, angkringan jaman now sudah jarang menggunakan senthir. Senthir merupakan lampu minyak sebagai penerang saat mati lampu. Sedangkan di angkringan ditaruh gerobak sebagai penerang biar nggak remang-remang.

Kebanyakan jualnya sudah pakai penerangan dari PLN, pasti karena lebih praktis. Lagipula sangat susah beli lengo tanah di hari gini…


#1W1PGandjelRel 

Baca Juga:

Gitapala 30 Tahun Balik Kandang

Cuan dari Nulis

Inspirasi Tanpa Batas

 

1 komentar: