Rabu, 29 Mei 2019

Cerita di Balik Buku Temanku Istimewa


Cerita di Balik Buku Temanku Istimewa

Karena setiap teman selalu istimewa

Hai guys, bulan suci Ramadhan selalu saja bikin kisah baru dalam hidup. Bagaimana denganmu? Ada kisah baru yang bikin hidup serasa lebih berarti? Aku juga punya kisah tentang Ramadhan kali ini. Bagi sebagian orang, mungkin momennya biasa aja, bagiku sendiri sangat luar biasa.





Hobiku nulis. Buatku pribadi, nulisku masih recehan dan Senin Kamis. Artinya masih tertatih dan tergantung mood.

Dapat bukter alias buku terbit buku baru merupakan suatu hal yang bikin jingkrak-jingkrak. Norak sih iya, memang norak sih, haa...

Tentang buku duet ketigaku. Sebelumnya, aku pernah nulis buku duet bersama Rien Milansi, sahabatku yang rumahnya nun jauh di Bogor sono. Judulnya Cinta Dua Rasa, ini buku bukin baper akut. Kemudian duet bersama Mbak Arinda Shafa di Buku La Tahzan for Kontraktors. Yang terbaru bersama Mbak Arinda Shafa juga, di buku anak-anak Temanku Istimewa.

Mampir sini ya Suka Duka Nulis Buku Duet dan Solo, Keren Mana, Sih?

Sebetulnya, saat menulis kisah di balik buku ini gimana gitu rasanya. Duka dan sukanya melayang-layang lagi di ingatan. Setengah lupa juga. Tapi kok pingin ditulis, ya. Hehehe, membingungkan. Biar jadi semangat saja guys.

                        Ide
Sebelumnya aku sering ngobrol sama Mbak Arinda ini, suhu dalam bidang nulisku. Dari mulai kosa kata sampai penerbitan hingga bahasan emak-emak tentang krucils aku sering tanya ke dia. Dan saat ngobrol itulah ingin nulis buku baru. Tapi apa, ya?

Menyambar ide yang siwer bergentayangan ternyata nggak semudah teori. Akhirnya terbersit kenapa nggak nulis tentang anak berkebutuhan khusus saja? Kayaknya belum banyak yang nulis tuh (memperkirakan sendiri, hihi). Akhirnya ide kasar  tercipta juga.

                        Bagi-bagi nulis
Ini yang ternyata nggak mudah. Dan ternyata nulis tentang anak berkebutuhan khusus juga nggak seperti yang dibayangkan. Yang paling sederhana, pemilihan katanya nggak semudah membalikkan telapak tangan.

Sampai di sini aku mulai mundur teratur. Padahal aku sudah save beberapa kisah yang berhubungan langsung tentang anak-anak istimewa ini. Cari di internet, ngobrol sana sini, hingga baca buku-buku yang berkaitan. Mendadak blank akut, hikss...

Tapi aku malu, Mbak Rinda kok masih semangat, ya?

                        Pilih nulis picbook
Awalnya kita berdua nulisnya picbook. Buku dengan gambar yang keren dan unyu (bayangan kita berdua). Penerawanganku sih lebih mudah, lebih simpel dan kata-katanya singkat. Eh siapa sangka nggak seperti itu. Bikin kalimat yang singkat, mengena dan bahasa yang mudah dimengerti anak-anak itu nggak mudah. Itu berat, sungguh lelah hayati.

Lagi-lagi aku mulai mundur teratur. Eh, Mbak Rinda kenapa juga masih semangat? Heran juga aku sama semangatnya guys!

                        Meskipun amburadul...
Tentunya amburadul iya. Nggak mudah nulis, menjelaskan ke anak tentang teman yang istimewa ini. Selain beda penampakan, penampilan juga bahasa. Sungguh hal yang nggak mudah bagiku... Kelar juga meskipun ngos-ngosan. Hosh hosh!

                        Jadi, tapi begini begitu
Jadilah satu bungkus naskah yang siap dikirim ke penerbit. Mbak Rinda yang sudah malang melintang di dunia persilatan penerbitan ini langsung dikirim. Berapa kali dikirim dan ditolak? Yang pasti 6x lebih ditolak sana sini!

Karena terbiasa ditolak, tetap kami nyesek juga. Eh penolakannya masih mending daripada saat cernakku ditolak hingga puluhan kali, hehehe.
                       
Pasrah, tetap usaha
Dan pada akhirnya, ada editor menyarankan untuk dibikin ilustrasi sendiri. Kita cari ilustrator yang sesuai dengan dana, belum nemu yang pas. Dan akhirnya kita pasrah.

Pasrah sambil ngekepin guling di pojokkan. Doa kenceng saja. Mungkin memang belum rejekinya itu naskah terbit kali, ya. Yakin banget setiap naskah punya rejekinya sendiri-sendiri.

Saat doa-doa dilantunkan inilah, dapat kabar ada editor yang tertarik. Semangat muncul lagi, deh. Tapi dengan syarat, naskah picbook dijadikan cerita anak. 



Nggak mikir lagi, langsung deh diterima tawarannya. Dengan banyak revisi sana sini. Seminggu waktunya sodara-sodara. Lumayan sempit, hehehe.

The power of kepepet
Dan waktu itu, aku inget banget ada beberapa gawean blog yang harus kugarap. Masih pendingan beberapa pesanan artikel yang harus kelar juga. The power of kepepet mulai berlaku, kok ya bisa kelar, ya. Aku sampai nggak habis pikir kalau akhirnya bisa kelar juga.

Alhamdulillah, buku Temanku istimewa sekarang benar-benar bisa menemani anak-anak, persahabatan dengan teman yang istimewa.

Ada kisah-kisah persahabatan dengan teman yang berkebutuhan khusus. Naima, Siska, Davi, Mawar, Hero, Oci, Miko juga Hanif. Mengulang membacanya air mataku selalu menetes. Entah kenapa, bikin makin banyak bersyukur. Hidup, kadang tak seindah yang diharapkan. Inilah kenapa harus banyak bersyukur ya guys.

Semoga banyak yang suka. Bisa langsung cus ke toko buku atau kepoin dakuw sama Mbak Arinda, salam semangat!

Setiap anak memang selalu istimewa.

Baca juga ini:

1 komentar:

  1. Eaaa jadi nostalgia nan mengharu biru y mbak wkkk. Memang kudu yakin, bahwa setiap naskah ada jodohnya meski berliku liku 😂😂

    BalasHapus