Tampilkan postingan dengan label Cerbung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerbung. Tampilkan semua postingan

Jumat, 31 Januari 2025

Temani Aku Malam Ini, Ibu (Part 2)

Temani Aku Malam Ini, Ibu (Part 2)

 

Part 1 di postingan sebelumnya.

Rasanya sudah lama sekali, bahkan aku tak begitu mengingatnya dengan baik. Simbah adalah panggilan buat orang tua dari ibuku. Simbah atau mbah uti untuk nenek dan mbah kung untuk kakek. Kenapa mereka marah-marah dan tak pernah datang kembali?


Kamis, 30 Januari 2025

Temani Aku Malam Ini, Ibu (Part 1)

 Temani Aku Malam Ini, Ibu

 (Part 1)

Keinginanku teramat sederhana, Ibu mau menemaniku tidur saat malam tiba. Walau itu hanya sesaat.

             “Ibu pergi dulu.”

Cup, cup, cup, 3 kali kecupan ibu mendarat di kening. Kuacuhkan tontonan di televisi. Seperti biasa, aku ganti memeluk dan mencium pipi ibu. Parfum yang menyengat seketika memenuhi hidung.


Kamis, 15 Juni 2023

Sepersekian Detik Part 2

Sepersekian Detik

Part 2

 

“Bapakmu yang mberesin ini,” ujarmu sambil menarik celana jeans di kaki kanan sampai ke lutut. Aku melongo. Ada luka menghitam di sana dan ada bagian sedikit cekung.

“Dulu, aku ki ba**ngan,” sambungnya lalu menurunkan celana seperti semula. Kuhela nafas beberapa kali ketika luka tembak itu seperti rol film yang diceritakan padaku.


Minggu, 30 Agustus 2020

Senin, 13 April 2020

Sepersekian Detik Part 1

Sepersekian Detik
Part 1

"Mantan."
"Yakin?"
"Hmmm..."
"Kok?"
"Nggak yakin."
Nah kan, chat di instagram itu benar-benar nggantung. Banget!
-ww-


Uwh, kututup obrolan DM dari orang gaje itu. Kukepoin instagramnya juga, sih. Siapa dan mengapa. Kayaknya aku memang nggak mengenalnya secara langsung. Gaje juga. Nggak kutemukan apapun. Tapi, pesan di instagram itu benar-benar menghantui.

"Boleh bagi WA-nya?"
"Ada di bio ig-ku." Kujawab singkat dengan ketikan singkat pula.
Dan siang itu bertubi-tubi chat WA masuk.
"Tahu aku?" Tanyaku penasaran setelah ia mengenalkan diri sebagai orang yang kirim pesan aku via instagram.
"Tahu."
            Hah?
"Rumahku cuma sekilo dari rumah mbak."
Apa?
Ough, takjub. Tetangga dong, batinku. Sopo to iki? Sumpah swear yakin aku nggak ngeh. Dulu sih lamat-lamat aku agak tahu FB-nya tapi ya sambil lalu. Nggak kuperhatikan banget-banget.
Eh, penisirin lho aku.
-ww-

"Lha mau nulis apa?"
"Hmmm...."
"Mantan?"
"Hmmm...."
"Ough perjuangan hidup jungkir balik jaman dulu?"
"Hmmm...."
"Hmmm sekali lagi dapat payung."
Hahaha, coba gimana rasanya kalau chat cuma hmmm hmmm doang. Menjengkelih,kan?
-ww-

Katanya sih mau nulis. Tapi aku ragu akut. Nih entah orang keberapa yang DM, inbok, email or WA urusan tulis menulis. Akhirnya hanya tanya gaje. Hanya sedikit orang yang akhirnya benar-benar serius.
Eh aku berharap ini serius.
Mungkin ada benarnya juga nulis tuh seleksi alam. Lha kalau aku sih hobi. Ih bilang aja kepepet. Ya deh dua-duanya haha...
-ww-

Pagi itu aku musti urusin tukang musholla kampung. Beli camilan dan bungkusan nasi. Sampai di garasi membuka ponsel. Beberapa WA masuk.
"Ewh, wer gitu di depanku cuek ya...." WA andalan dari si gaje.
Hah?
Kupikir-pikir lagi sambil nongkrong di motor. Noleh ke belakang.
Kepo sumpah!
"Lha dimana?" Balasku sekenanya.
Emoji ketawa membuatku geregetan.
-ww-

Lha aku malah takut. Jangan-jangan nih orang yang kepoin blog-ku sampai nulis komentar tentang...
Ku off-kan ponselku. Dahiku berkerut-kerut entahlah. Ih, kok aku jadi merinding, ya.
Jadi teringat salah satu komentar yang kuingat jelas sampai sekarang, tiang gantungan....
-ww-

Baca juga: