Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Jumat, 31 Januari 2025

Temani Aku Malam Ini, Ibu (Part 2)

Temani Aku Malam Ini, Ibu (Part 2)

 

Part 1 di postingan sebelumnya.

Rasanya sudah lama sekali, bahkan aku tak begitu mengingatnya dengan baik. Simbah adalah panggilan buat orang tua dari ibuku. Simbah atau mbah uti untuk nenek dan mbah kung untuk kakek. Kenapa mereka marah-marah dan tak pernah datang kembali?


Kamis, 30 Januari 2025

Temani Aku Malam Ini, Ibu (Part 1)

 Temani Aku Malam Ini, Ibu

 (Part 1)

Keinginanku teramat sederhana, Ibu mau menemaniku tidur saat malam tiba. Walau itu hanya sesaat.

             “Ibu pergi dulu.”

Cup, cup, cup, 3 kali kecupan ibu mendarat di kening. Kuacuhkan tontonan di televisi. Seperti biasa, aku ganti memeluk dan mencium pipi ibu. Parfum yang menyengat seketika memenuhi hidung.


Minggu, 25 April 2021

Jumat, 11 September 2020

Eksotisme Bantir Hills Sumowono, Plesiran Tak (Harus) Mahal di Masa Pandemi ala Mas Jaja Cucita

 Eksotisme Bantir Hills Sumowono,

Plesiran Tak (Harus) Mahal di Masa Pandemi ala Mas Jaja Cucita

 

“Piknik di masa pandemi itu pemborosan....”

“Apa iya?” tanyaku ragu.

Sambil mikir, kening berkerut, terpaku sepersekian detik.

“Lha iya, mending mikir buat kebutuhan lain, kan?”

“Hmmm, iya juga, sih.”

Eh apa iya? Kok ragu sendiri.

“Masa malah plesiran sana sini, masih corona gini, aman nggak, tuh?”

Waduh, bukannya udah dikoar-koar era adaptasi kebiasaan baru, ya?

Opo dumeh uwes new normal?”

Puncak Bantir Hills (Foto: koleksi pribadi)

Minggu, 30 Agustus 2020

Minggu, 09 Agustus 2020

Takluk

 Takluk

 Ih, cowok gondrong bervespa jadul itu benar-benar bikin ilfil! Langkah kakiku tertahan di gerbang. Alih arah menuju tempat parkir di samping sekolah. Syem, musti muter daripada konangan orangnya, batinku kesal akut. Bergegas kulewati parkiran yang ramai anak-anak pulang sekolah. Celinguk kanan celinguk kiri, memang lagi apes nggak ada teman yang bisa nebengin balik kost.

 

Kamis, 23 April 2020

Pertobatan Sugirah


Pertobatan Sugirah
Oleh: Wahyu Widyaningrum


“Besok lagi, Ira.” Suara berat lelaki itu membuat tubuh menggigil. Melewati rambut sebahuku yang sembarangan. Gegas, kuikat cepat helai-helai kusutnya dengan sesak bergemuruh memenuhi dada. Selalu begini. Setiap malam, neraka ini membakar.

Cerpen Pertobatan Sugirah, oleh: Wahyu Widyaningrum

Senin, 13 April 2020

Sepersekian Detik Part 1

Sepersekian Detik
Part 1

"Mantan."
"Yakin?"
"Hmmm..."
"Kok?"
"Nggak yakin."
Nah kan, chat di instagram itu benar-benar nggantung. Banget!
-ww-


Uwh, kututup obrolan DM dari orang gaje itu. Kukepoin instagramnya juga, sih. Siapa dan mengapa. Kayaknya aku memang nggak mengenalnya secara langsung. Gaje juga. Nggak kutemukan apapun. Tapi, pesan di instagram itu benar-benar menghantui.

"Boleh bagi WA-nya?"
"Ada di bio ig-ku." Kujawab singkat dengan ketikan singkat pula.
Dan siang itu bertubi-tubi chat WA masuk.
"Tahu aku?" Tanyaku penasaran setelah ia mengenalkan diri sebagai orang yang kirim pesan aku via instagram.
"Tahu."
            Hah?
"Rumahku cuma sekilo dari rumah mbak."
Apa?
Ough, takjub. Tetangga dong, batinku. Sopo to iki? Sumpah swear yakin aku nggak ngeh. Dulu sih lamat-lamat aku agak tahu FB-nya tapi ya sambil lalu. Nggak kuperhatikan banget-banget.
Eh, penisirin lho aku.
-ww-

"Lha mau nulis apa?"
"Hmmm...."
"Mantan?"
"Hmmm...."
"Ough perjuangan hidup jungkir balik jaman dulu?"
"Hmmm...."
"Hmmm sekali lagi dapat payung."
Hahaha, coba gimana rasanya kalau chat cuma hmmm hmmm doang. Menjengkelih,kan?
-ww-

Katanya sih mau nulis. Tapi aku ragu akut. Nih entah orang keberapa yang DM, inbok, email or WA urusan tulis menulis. Akhirnya hanya tanya gaje. Hanya sedikit orang yang akhirnya benar-benar serius.
Eh aku berharap ini serius.
Mungkin ada benarnya juga nulis tuh seleksi alam. Lha kalau aku sih hobi. Ih bilang aja kepepet. Ya deh dua-duanya haha...
-ww-

Pagi itu aku musti urusin tukang musholla kampung. Beli camilan dan bungkusan nasi. Sampai di garasi membuka ponsel. Beberapa WA masuk.
"Ewh, wer gitu di depanku cuek ya...." WA andalan dari si gaje.
Hah?
Kupikir-pikir lagi sambil nongkrong di motor. Noleh ke belakang.
Kepo sumpah!
"Lha dimana?" Balasku sekenanya.
Emoji ketawa membuatku geregetan.
-ww-

Lha aku malah takut. Jangan-jangan nih orang yang kepoin blog-ku sampai nulis komentar tentang...
Ku off-kan ponselku. Dahiku berkerut-kerut entahlah. Ih, kok aku jadi merinding, ya.
Jadi teringat salah satu komentar yang kuingat jelas sampai sekarang, tiang gantungan....
-ww-

Baca juga:

Jumat, 21 Februari 2020

Secret Admirer


Jadwalku hari ini mengantar buku pesanan teman ke Ambarawa. Teman dumay alias dunia maya itu pesan semua buku karanganku. Bikin aku kelabakan saja. Karena hanya tinggal beberapa yang ready. Tranferannya begitu banyak, membuatku harus menyiapkan uang kembalian sekalian. Karena belum kuhitung sudah ditranfer duluan.

Secret Admirer, Pengagum Rahasia
Secret admirer