Sabtu, 05 Agustus 2017

Diary, Ajang Menulis, Kreatif dan 100 Cita-Cita



Diary, Ajang Menulis, Kreatif dan 100 Cita-Cita

Dear, Sob gimana kabar Sabtu-mu? Semoga menyenangkan, ya.

Masih berhubungan dengan tulis menulis nih. Mulai dari menyimpan ide, lalu menuliskannya. Ide awal saat membaca postingannya Mas Rifan Fajrin. Anak kelas 3 SD yang menulis pengalamannya dengan apa adanya. Benar-benar polos. Kerennya, perulangan katanya nggak begitu banyak. Salut buat bapak gurunya!

Membaca tulisan-tulisan lugu itu, menjadikanku teringat masa kecil. Jaman masih imut dan belum begitu ngeh tentang dunia tulis menulis. Buku pelajaran jadi korban tulisan dan gambar-gambarku. Walau berupa coretan tak pernah selesai.

 

Oh ya, setiap diajak Ibu dan bapak ke toko beli buku tulis, selalu saja aku membeli buku tebal kecil yang lucu-lucu gambarnya. Harum baunya, dengan kertas di dalamnya yang berwarna-warni juga. Kata orang sih namanya diary. Di depan buku juga ditulis diary.

                 Buku Nggak Balik? Biasa 
                 Pantang Menyerah ala Jaden

Diary ini dari waktu ke waktu berubah loh. Tapi sampai kuliahpun aku masih suka mempunyai dan menulis di buku diary ini. Model yang bergembok, berbentuk gitar, berkawat sampingnya serta model diary mungil yang ada kardus penutupnya.

Saat sudah penuh, buku biasapun tak jadi masalah. Bahkan, buku agenda kerja punya pakde (yang dikasihkan ke aku dalam keadaan masih bersegel, tebal dan bagus banget) aku pakai sebagai diary dalam tanda kutip, hehehe.

Ada beberapa hal positif yang bisa diambil dalam menulis dan  hubungannya degnan diary ini, diantaranya:

1.  Mencurahkan isi hati
Daripada dipendam, jadi masalah, mendingan di tulis, kan? biar plong. Menyimpan sesuatu dalam jangka waktu lama nggak baik juga loh.

Kalau yang disimpan hal menyenangkan sih it’s oke. Kalau dendam atau sebuah keinginan buruk? Bahaya, bisa depresi berkepanjangan. Tentu saja tak bagus untuk masa mendatang. Selain itu curahkan kepada Allah, hati jadi tenang.

Paling asik sedang suka sama orang, sahabat sendiri jangan-jangan juga suka, jadi paling aman ya tulis aja di diary hihihi.

2.  Melatih diri terbuka
Terbuka pada orang lain? Nggak semua orang bisa. Terbuka pada diary, tentu saja bisa. Lha wong diarynya diam kok. Minimal, apa yang kita tulis sudah bisa meringankan apa yang kita pikirkan. Balik ke poin 1.

3.  Melatih menulis
Tak semua anak suka menulis di diary. Terutama laki-laki. Selama ini yang punya diary sepertinya cewek-cewek ajah. Dibilang cengenglah, lebaylah, dan lain sebagainya, cuek aja atuh.

Percaya nggak, dengan menulis diary, kita terbiasa merangkai kata menjadi sebuah kalimat. Itu salah satu umpan awal kita bisa menulis yang lain loh.

Skripsi misalnya. Skripsi itu butuh ditulis, nggak hanya diangan-angan. Riset dan penelitian juga, dengan terbiasa menulis, yakin deh kalimat yang dihasilkan nggak belepotan. Hehehe.

Dan menulis diary ini beda feel-nya dengan menulis di depan laptop CMIIW :D

4.  Melatih kreatifitas
Ini sih kisah pribadi, diary yang kupunya dulu isinya nggak hanya tulisan-tulisan lebay atau gebetan. Tetapi, di kanan kiri tengah pinggir, penuh dengan gambar warna warni.

Memakai spidol atau crayon. Kadang pakai cat air, sekalian kalau ada tugas menggambar dari guru. Biar diary nggak ngebosenin juga saat dibaca ulang ^sering kan kita ingin mengingat apa gituhh. Ini melatih kreatifitas loh.

Baju aja butuh sket, apalagi yang lainnya. Gimana menurutmu, Sob?

5.  100 cita-cita
Apa nih maksudnya? Hem… sebuah cita-cita nggak hanya dibatin ajah. Nggak hanya cukup dengan belajar ajah.

Tulis deh di diary, dengan menulis 100 cita-cita, setiap kita buka, kita akan ingat apa yang menjadi kenginan kita. Menghimpun energi positif. Yes, membuat energy berlebih untuk menggapai hal-hal positif yang kita mau. Tentunya, bikin lebih semangat.

6.  Sebagai Pengingat
Mengingat kejadian lalu yang indah untuk diingat tentunya. Ada juga yang menempel foto atau gambar di diary ini yang bikin kita ingat sesuatu.

Diary memang penuh suka duka, juga mimpi. Spidolin merah yang 100 cita-cita, agar apa yang kita impikan bisa menjadi kenyataan. Sholat ngaji jangan pernah lupa, karena hanya Allah yang tahu apa yang terbaik, insyallah.

Gimana dengan Sobat, ada kisah dengan diary?

#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia

12 komentar:

  1. Jadi ingat jaman SD tiap beli buku tulis sekalian beli buku diary, isinya tentang cerita di sekolah, kakak kelas yang baik, haha jadi nostalgia mbak.

    BalasHapus
  2. Sama mbak dulu aku juga punya diary yang gembok2an itu. Sekarang masih pake juga sih tapi jurnal. Sama-sama buat mencurahkan isi hati juga intinya :))

    BalasHapus
  3. Diary menyimpan banyak cerita nyata, biasanya bisa sangat jujur pada diary

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tul Mbak, jujur bange. Pokoknya si diary ini juga harus aman naruhnya biar gada yg baca selain kita hehehe

      Hapus
  4. Mbak Wahyu inspiratif sekali... Energinya seolah nggak ada habisnya.. Apa aja bisa ditulis dengan ringan dan enak disimak. :)

    Jujur saja saya termotivasi dengan One Day One Post-nya njenengan. Hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuhui.. saling menginspirasi. Aku juga sering dapat ide2 segar habis mampir di rumah dumaymu loh

      Hapus
  5. Wah ada banget mbak,,, aku juga sejak SD suka nulis Diary. Dan tau nggak mbak, aku kan pemimpi dan juga pengkhayal. Tapi, kadang apa yang aku tulis di diary aku itu jadi nyata loh. Contohnya, waktu kelas 6 SD, aku tulis: Ya Tuhan, aku ingin sekali melihat menara Eiffel dari dekat (keturutan). Trus waktu SMP, aku nulis pengen ke Swedia (keturutan), lalu, waktu SMA, aku nulis, ingin kuliah dan jadi guru bahasa inggris (keturutan). Dan masih banyak lagi. Kadang kalau aku baca-baca diaryku yang tahun2 sebelumnya, 10-15 tahun yang lalu, bisa cekikak cekikik sendiri. Merasa alay, tapi juga kadang menemukan keajaiban yang membuatku berpikir, Tuhan itu Maha Baik, lihatlah, apa yang kita torehkan di atas pena, bisa menjadi doa yang dikabulkanNya... ya nggak mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow, its amazing Mbak!!

      Itulah diantara 100 cita2 (baik) kita yang diijabah sama Allah. Tanpa sadar membuat kita ngin menakhlukkannya. Dan itu nyata!!

      Hapus
  6. Aku juga sukaaa banget nulis diary, sampai sekarang..
    Nulis di diary itu serunya ga bisa dihapus lagi, jadi apa adanya, he..
    Kalau di word kan, baru nulis dikit, dihapus, gitu terus sampai akhirnya ga jadi.. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi.. bener juga ya, nulis diary di tipe ex, kalo di word langsung del juga bisa

      Hapus